Telaga ngebel bisa dibilang masih benar – benar perawan.
Belum tersentuh oleh apapun.
Udaranya begitu sejuk dan banyak sekali buah – buahan alami di sana.
Diantaranya Durian, Pundung, Duku, Rambutan dll.
Selain itu di telaga ngebel ini terkenal dengan makanan Nila bakar.
Sungguh menambah kenikmatan tersendiri menyantap Nila Bakar di Pinggir telaga ditemani hembusan angin yang begitu menyejukkan hati.
Telaga Ngebel ibarat tambang emas yang menunggu sentuhan investor, sehingga dapat bersolek dan menjadi ikon kedua di Kabupaten Ponorogo setelah kesenian Reog. Obyek wisata ini layak untuk dikunjungi lantaran masih bersuasana alami dan indah. Kondisi seperti ini dipastikan mampu menghilangkan kepenatan atau kelelahan usai didera kesibukan sehari-hari.
Konon cerita yang berkembang di masyarakat, Telaga Ngebel mempunyai cerita unik yang didasarkan pada kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting”. Sang Ular ketika bermeditasi secara tak sengaja dipotong-potong oleh masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib sang ular menjelma menjadi anak kecil yang mendatangi masyarakat dan membuat sayembara, untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah.
Namun tak seorangpun berhasil mencabutnya. Lantas dia sendirilah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.
Legenda Telaga Ngebel, terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.
Buat Jalan Tembus
Bupati Ponorogo Muhadi Sujono mengakui Telaga Ngebel memang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata sekaligus sebagai penopang ekonomi masyarakat maupun daerah kabupaten itu sendiri. Namun satu hal yang menjadi kendala aset menuju ke obyek ini baru bisa ditempuh melalui satu jalur, sehingga membuat para investor enggan melirik atau menanamkan modalnya untuk membangun obyek wisata pendukung (sport tourism) di telaga ini.
Dalam waktu dekat, Kabupaten Ponorogo akan bekerja sama dengan kabupaten Madiun dan Nganjuk untuk membuat jalan tembus menuju ke Telaga Ngebel. “Saya akan mengusulkan rencana proyek ini ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur agar dapat segera terealisasi,” kata Muhadi Sujono. Dia yakin dengan adanya beberapa alternatif jalan menuju obyek wisata Telaga Ngebel, tidak menutup kemungkinan investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya disini.
Kabupaten Ponorogo, cukup kaya akan potensi pariwisatanya, baik wisata budaya maupun wisata alam. Salah satunya event nasional yang berakar dari tradisi masyarakat, yaitu Grebeg Suro yang biasanya digelar pada Festival Reog Nasional. Kegiatan ini dikemas secara matang sehingga cukup layak jual di pasar Wisata internasional. Event Grebeg Suro telah menjadi kalender wisata nasional, dan cukup menarik bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung di kota kecil di Jawa Timur ini.
Sedangkan kesenian reog sudah menjadi identitas bagi kabupaten Ponorogo. Oleh karenanya kabupaten ini disebut juga dengan Kota Reog. Pentas seni reog sudah dikenal luas di Indonesia bahkan mancanegara. Di setiap sudut kota dapat dijumpai miniatur-miniatur reog.
Tips Perjalanan
0byek wisata Telaga Ngebel terletak sekitar 24 km kearah timur laut dari pusat kota Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, tepatnya berada di Gunung Wilis dengan ketinggian 750 meter diatas permukaan laut, dengan suhu sekitar 22 derajad celcius. Luas permukaan telaga 15 km dengan dikelilingi jalan sepanjang 5 km. Panoramanya sangat indah dan menakjubkan. Udaranya sejuk dan kondisi alamnya masih asri.
Di Telaga Ngebel setiap satu tahun sekali diselenggarakan ritual budaya berupa Larungan Sesaji pada tahun baru Hijriyah/Tahun baru Islam 1 Muharam atau 1 Suro.
Sumber: Majalah Travel Club
Salam Pariwisata PONOROGO